AMBON-PPID, Sebanyak 181 guru non sarjana di Kota Ambon, mengikuti kuliah program Pengakuan Pengalaman Kerja dan Hasil Belajar (PPKHB) Universitas Pattimura (Unpatti).
Kuliah perdana bagi 181 mahasiswa ini, berlangsung di aula SMK Negeri 1 Ambon, Sabtu (9/11), dibuka secara resmi oleh Rektor Unpatti, Prof. Thomas Pentury yang ditandai dengan pemukulan tifa. Kesempatan pemukulan tifa tanda dimulainya kuliah tersebut, diberikan kepada Wali Kota Ambon, Richard Louhenapessy,SH yang sekaligus juga menandakan pembukaan masa orientasi pengenalan kampus (ospek).
Wali Kota di kesempatan tersebut, memberikan apresiasi tinggi kepada Unpatti atas program yang dijalankan. Menurutnya, program penyetaraan kapasitas kesarjanaan bagi para guru di Kota Ambon sangat penting. Sebab, salah satu cita-cita Negara ini adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, yang dapat diwujudkan dengan tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) tenaga pendidik yang berkualitas.
Dirinya mengaku, bagi Kota Ambon memang sudah sanngat terlambat mengikuti program ini, sebab program ini sudah dimulai sejak tahun 2009. Jika Kota Ambon sudah terlibat sejak mulai dibukanya program ini, maka dipastikan semua guru di kota ini sudah berlatarbelakang S1.
“Lewat program ini, berarti kita telah mengimplementasikan cita-cita besar untuk mencerdaskan kehidupan bangsa ini. Ini bagian dari upaya untuk mempercepat peningkatan kualitas guru. Nanti melalui APBD, kita akan menyiapkan dana subsidi bagi mereka dalam mengikuti program ini, supaya bisa membantu penyelesaian studi. Karena jika tidak, yang akan rugi adalah anak-anak didik kita sendiri,” katanya.
Ditambahkan, Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon sungguh mendorong percepatan penyetaraan kapasitas sarjana bagi kurang lebih 1.100 guru di Kota Ambon yang belum berstatus sarjana. Dorongan ini, sebab sampai dengan tahun 2015 nanti, setiap guru yang tidak memiliki gelar sarjana, akan dialihkan menjadi tenaga administrasi di sekolah.
Sementara itu, Rektor Unpatti menandaskan, pihaknya telah bersinergi dengan Pemkot Ambon, untuk mempersiapkan 181 guru non sarjana menuju menyetaraan kapasitas.
“Sekarang yang disiapkan ada 181 guru, jadi kalau kita hitung berarti masih ada sekitar 900-an yang akan kita selesaikan lagi bersama dengan Pemerintah Kota Ambon. Untuk perhitungan saya, kalau program ini bisa berjalan lancar di tahun depan, maka untuk tahun akademik berikut kita bisa menerima sekitar 300 guru lagi. Sehingga dalam tiga tahun sampai tahun 2015, semuanya bisa kita selesaikan. Saya sebenarnya optimis, kalau program ini dijalankan dengan pengelolaan yang baik dan didukung oleh semua stakeholder, maka usaha kita untuk menyetarakan guru-guru di Kota Ambon ke S-1 bisa selesai,” paparnya.
Mengenai dasar perhitungan Sistem Kredit Semester (SKS), dirinya menjelaskan, yang menjadi bahan pertimbangan adalah pengalaman kerja dan hasil belajar yang dimiliki masing-masing guru. Dari pengalaman kerja dan hasil belajar tersebut, akan diakreditasi.
Misalnya, lanjut Rektor, jika para guru yang bersangkutan pernah mengikuti training di bidang pendidikan atau di bidang keahliannya, maka itu akan dihitung setara dengan berapa SKS dan terakumulasi dalam hitungan akreditasi.
“Jadi kalau sesuai hasil perhitungan pengalaman kerja dan hasil belajar mereka, yang dicapai sampai 100 SKS, berarti mereka hanya menambah yang sisanya kira-kira 40 atau 50 SKS untuk selesai. Harusnya itu bisa diselesaikan dalam tiga atau paling lambat empat semester sampai dengan skripsi mereka.,” jelasnya. (HT)