Jakarta,PPID – Walikota Ambon, Richard Louhenapessy menerima penghargaan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebagai 1 dari 15 kepala daerah di Indonesia yang dinilai peduli terhadap bencana alam maupun non alam di daerahnya.
Penghargaan diberikan Sekretaris Utama (Sestama) BNPB Harmensyah dan diterima Sekretaris Kota Ambon, A G Latuheru di aula Sutopo Purwo Nugroho, lantai XV kantor BNPB Jakarta, Selasa (13/10/2020) pada puncak acara bulan Pengurangan Resiko Bencana (PBR) 2020.
Kepala BNPB, Dony Moenardo dalam kesempatan itu sampaikan, bulan PBR tahun ini, dilaksanakan dalam suasana pandemi COVID-19. Ini menjadi suatu pembelajaran bersama, dalam membangun ketangguhan terhadap bencana, harus diselaraskan dengan upaya pencegahan penyebaran COVID-19.
Tema penting tahun yakni Daerah Punya Aksi, Pengurangan Resiko Bencana, sebagai wujud nyata, pelibatan serta konstribusi seluruh komponen bangsa menanggulangi bencana, baik itu pemerintah pusat, daerah da komponen masyarakat lainnya.
Keterlibatan seluruh stakeholders dalam menanggulangi bencana merupakan satu rangkaian kalender dalam penanggulangan bencana dan ini sudah menjadi gerakan dalam merubah secara mendasar, proses pembangunan yang dulunya merusak lingkungan ke arah pembangunan yang peka resiko bencana. Dan saat ini, analisas resiko bencana menjadi dasar pembangunan di seluruh Indonesia.
Soal Pandemi, lanjutnya, saat ini sudah merenggut 1 juta lebih korban meninggal di dunia dan 35 juta jiwa lebih terkonfirmasi. Di Indonesia 300 ribu orang yang terkonfirmasi dan sembuh 250 ribu orang sembuh, namun angka kematian masih tinggi yakni sekitar 11-12 ribu orang.
Dengan kondisi ini, tegas Moenardo, tidak boleh ada lagi yang menyatakan bahwa COVID ini adalah rekayasa atau konspirasi, tapi ini nyata dan semua orang berpotensi terpapar, olehnya kita saling mengingatkan karena ancama ini berasal dari orang dekat dengan kita yang tanpa gejala.
Disebutkan, sebuah keniscayaan karena harus maksimal lakukan sosialisasi mengingat masih ada 17 persen warga kita, yang merasa tidak mungkin terpapar COVID. ‘’Ini tantangan berat bagi kita untuk sampaikan pesan bahwa COVID itu ada disekitar kita. Dan rata-rata menulari penularan itu dari OTG. Kesimpulan saya, OTG adalah berbahaya karena mereka adalah silent killer atau pembunuh potensial. Sebab mereka tidak mengetahui bahwa mereka sudah terpapar dan menyebarkan ke orang-orang potensial yang terdekat mereka, apakah itu yakni lansia dan mereka dengan penyakit penyerta,’’ tandasnya.
Pemerintah terus menyiapkan alat deteksi berupa swab PCR diseluruh wilayah Indonesia walau memang belum merata. Ini untuk deteksi dini, sehingga Orang Tanpa Gejala (OTG) bisa mendeteksi tubuhnya.
Dilain sisi, selain COVID, ancaman alam juga mengancam. Sebab data BMKG, akan terjadinya La Nina, dimana akan ada curah hujan tinggi mulai kini sampai nanti Februari atau Maret mendatang. ‘’Ini sebuah tantangan yang sangat berat untuk kita kedepan,’’ tandasnya.
Ditahun lalu, pada bulan seperti ini terjadi kebakaran yang masif, di Jawa juga kesulitan air. Anomaly cuaca sementara melanda semua negara di dunia. Dan tidak ada negara yang siap hadapi ancaman bencana alam, olehnya kita harus bekerja keras, jaga ekositem disekitar kita khususnya menghadapi acaman La Nina.
Pihaknya meminta semua daerah, agar memberikan informasi yang jelas yang berasal dari BMKG kepada masyarakat agar masyarakat siap. ‘’Lakukan apel kesiapsiagaan diseluruh wilayah sampai tingkat RT/RW untuk cek kesiapan mulai tempat pengungsian sementara, dapur lapangan, dan kebuhan dasar lain,’’ pintanya.
Bersamaan dengan kegatan ini, juga diluncurkan 3 produk kebencanaan BNPB.
Eni Supartini, Direktur Kesiapsiagaan BNPB dalam laporan panitia sampaikan, pengingatan bulan PBR 2020 ini mestinya dilaksanakan di Ambon, namun kondisi pandemi, maka dialihkan ke Jakarta.
Ia menjelaskan, PBB telah menetapkan Hari Internasional untuk Pengurangan Bencana sejak tahun 1989. Hal Ini merupakan salah satu cara untuk mempromosikan budaya global terhadap kesadaran akan risiko dan pengurangan bencana termasuk pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan bencana.
Hari Internasional untuk Pengurangan Risiko Bencana (International Day for Disaster Reduction), yang diadakan setiap 13 Oktober, adalah upaya agar masyarakat di seluruh dunia dapat mengurangi keterpaparan masyarakat terhadap bencana.
Di Indonesia, Peringatan bulan PRB Nasional sudah menjadi agenda nasional rutin tahunan yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2012. Pertama kali dilakukan di Yogyakarta bersamaan dengan penyelenggaraan AMCDRR (Asian Ministerial Conference on Disaster Risk Reduction), kemudian berlanjut di Mataram, NTB selanjutnya ke Bengkulu dan pada tahun 2105 berlanjut ke Solo Jawa Tengah. Pada tahun 2016 Peringatan bulan PRB dilaksanakan di Manado Sulawesi Utara, kemudian ke Sorong Papua Barat berlanjut ke ke Medan Sumatera Utara dan yang terakhir di Bangka Belitung.
Dengan tema Daerah Punya Aksi, Pengurangan Resiko Bencana, diharapkan dapat membangun kesadaran bersama, dialog dan jejaring untuk pelaku pengurangan resiko bencana d indonesia.
Menurutnya, penghargaan kepada kepala daerah oleh BNPB karena konstribusi dalam pengurangan resiko bencana di daerahnya masing-masing. Kepala daerah yang menerima penghargaan yakni, Gubernur Jawa Tengah, Bali dan Bangka Belitung, Walikota Ambon dan Surakarta, Bupati Magelang, Jayapura, Banyumas, Kepulauan Meranti, Batubara, Buleleng, Gorontalo Utara, Kediri, Majalengka, dan Bupati Kepulauan Siau. (MCAMBON)