AMBON,PPID – Meemasuki bulan Agustus, Pemerintah Kota (Pemkot) kembali menggelar kegiatan Kegiatan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Jumpa Rakyat (WAJAR) pada Jumat (1/08/2025) di ruang ULA Balai Kota.
Kegiatan rutin setiap hari Jumat ini menjadi ruang dialog antara masyarakat dan pemerintah, termasuk pimpinan OPD di lingkup Pemkot.
Dalam kesempatan ini, beberapa warga menyampaikan pertanyaan dan harapan mereka secara langsung, salah satunya berasal dari pengurus Koperasi Merah Putih, Kelurahan Amantelu. Mereka mengusulkan agar pemerintah memfasilitasi akses langsung koperasi ke distributor sembako dan obat-obatan, guna meningkatkan daya saing. Selain itu, mereka mendorong keterlibatan ASN di lingkungan Pemkot Ambon untuk menjadi anggota koperasi sebagai bentuk dukungan nyata.

Menanggapi hal tersebut, Josias Pieter Loppies, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) menyatakan bahwa pengurus koperasi dapat mengirimkan surat resmi ke dinas untuk difasilitasi dalam pertemuan bersama para distributor lokal. Kerja sama pun dapat dijalin untuk memenuhi kebutuhan koperasi secara berkelanjutan.
“Tapi kalau untuk beras lainnya, gula dan kebutuhan pokok lainnya nanti bapak/ibu pengurus bisa menyurati kita. Supaya nanti kita tanggapi, kita undang distributor untuk rapat dan bapak ibu bisa bertanya langsung dengan pihak distributor terkait apa saja yang bisa disalurkan kepada koperasi desa/kelurahan merah putih,” ujar Loppies
Sementara itu, Vebyana Siegers, Plt Kepala Dinas Koperasi dan UMKM menyampaikan bahwa pihaknya telah membuka jalur kerja sama dengan Bulog dan agen seperti UD 51. Bahkan, pada bulan Agustus ini, koperasi Merah Putih Amantelu berpeluang menjadi koperasi percontohan dalam program mock-up Kementerian Koperasi.
“Kami sudah fasilitasi dan bapak bisa langsung kesana untuk melakukan kerjasama dengan bulog, terus ada juga agen UD 51 juga bisa, karena kita melakukan kerjasama dengan mereka. ada program dari kementrian untuk kita memasukkan koperasi-koperasi yang kira-kira suadah jalan melakukan mock up atau percontohan. Mungkin salah sataunya nanti koperasi amantelu ini menjadi salah satu koperasi percontohan dari kelurahan,” ujar Siegers
Walikota Ambon, Bodewin M. Wattimena, menambahkan bahwa koperasi yang ideal adalah koperasi yang mandiri dan mampu membuka berbagai lini usaha, termasuk sembako. Beliau menyarankan agar koperasi dapat menjalin kerja sama dengan BUMN seperti RAJAWALI yang juga menyediakan kebutuhan pokok hingga gas elpiji.
Dalam sesi berikut, seorang warga bernama Rizal mengajukan beberapa masukan, di antaranya: perlunya promosi pariwisata kota Ambon, optimalisasi aset Pemkot untuk peningkatan PAD, permohonan penambahan waktu sandar kapal PELNI di Ambon, serta kritik terhadap pelayanan pajak yang dianggap kurang ramah.
Menanggapi hal tersebut, Wattimena menjelaskan bahwa urusan jadwal kapal adalah kewenangan PELNI, namun Pemkot bersama Pemprov Maluku telah melakukan peletakan batu pertama renovasi Terminal Yos Sudarso yang akan dilengkapi area UMKM dan pusat oleh-oleh khas Maluku. Hal ini diharapkan bisa mengakomodasi keinginan wisatawan tanpa harus keluar dari pelabuhan.
Terkait penataan kota dan PAD, Pemkot berencana memindahkan truk-truk dari Jalan Slamet Riyadi ke bekas pasar Gambus agar jalan lebih tertib dan retribusi bisa ditingkatkan.
“Beta rasa hari ini di pasar lama seng ,macet lai. Kita ingin menata truk-truk yang sepanjang jalan slamet riyadi itu akan kami pindahkan mereka ke belakang hotel sumber asia, eks pasar gambus itu,” jelas Wattimena
Wattimena juga menegaskan komitmennya dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik, termasuk pembenahan personel front office. Pegawai yang ditugaskan di layanan masyarakat harus tampil rapi, ramah, dan tidak mengenakan seragam dinas untuk menghilangkan kesan birokratis yang kaku.
“Jadi front office itu harus yang betul-betul mampu melayani dengan baik. Itu nanti yangmenjadi front office tidak usah pakai pakaian dinas, pakai baju yang baik seperti stelan jas dan tampilan rapih. Jadi menghilangkan trauma masyarakat terhadap baju coklat/khaki. Karena orang cenderung menjadi penguasa,” tegas Wattimena
Wattimena juga menegaskan bahwa pelaksanaan WAJAR bukan sekadar forum formalitas, melainkan ruang nyata untuk berdiskusi dan berdialog bersama masyarakat.
“WAJAR ini katong bikin supaya katong bisa berdiskusi, berdialog. Masyarakat menyampaikan apa, katong bisa layani. Seng mau cari sapa benar sapa salah. Intinya adalah keluhan masyarakat, pemerintah tindak lanjuti. Beta rasa mungkin katong seng sempurna, tapi katong berusaha semaksimal mungkin untuk menindaklanjuti apa yang dikeluhkan.” Ujar Wattimena
Ia menambahkan bahwa program serupa akan diterapkan di tingkat desa, negeri, dan kelurahan dengan nama KALUAR BICARA (Kepala Desa, Lurah, Raja Bicara), agar keluhan masyarakat dapat langsung ditangani di tingkat bawah.

“Kalau di sini namanya WAJAR, kalau di desa/negeri/kelurahan namanya KALUAR BICARA. Supaya masalah yang kecil-kecil jangan sampai ke kota, cukup diselesaikan di desa, negeri, atau kelurahan masing-masing.” tandas Wattimena
Dengan pendekatan ini, Pemerintah Kota Ambon berharap tercipta pemerintahan yang lebih dekat, tanggap, dan hadir langsung dalam menjawab persoalan warganya. (MCAMBON/NP)
