Buka Rakernas APEKSI, Presiden Jokowi Berharap Tiap Kota Punya Identitas Tersendiri

AMBON-PPID, Presiden Jokowi memukul tifa menandai pembukaan Rakernas APEKSI Ke-11 2015 di Ambon, Maluku, Kamis (7/5). Presiden  Joko Widodo (Jokowi) mengharapkan setiap kota di Indonesia memiliki identitas tersendiri, sehingga setiap kota akan muncul citranya, jati dirinya.

H-3.1,Presiden Jokowi menyampaikan harapan yaitu ketika membuka Rapat Kerja Nasional  Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) 2015 di Ballroom The Natsepa Resort & Conference Center, Ambon, Kamis (7/5).

Rakernas ke-11 APEKSI mengangkat tema “Optimalisasi Kemaritiman Nasional Dalam Rangka Mendorong Pembangunan Infrastruktur Kota dan Kota Pantai”.

Ketua Dewan Pengurus APEKSI Vicky Lumentut, mengatakan tema rakernas merupakan keikutsertaan anggota APEKSI dari 98 kota di Indonesia dalam mewujudkan program nasional yang dicanangkan Pemerintahan Jokowi-JK.

Presiden Joko Widodo juga dalam pidatonya ia menjanjikan akan memberikan dana Rp 100 miliar untuk setiap kota di Indonesia pada tahun 2016 nanti, yang difokuskan pada pembangunanan infrastruktur.

Dana itu demi mengubah wajah kota agar sesuai dengan cirri dan karakter kota masing-masing.

“Ada syarat-syaratnya, misalnya ada rencana mau digunakan untuk apa. Misalnya bangun jalan, pasar, lahan bagi pedagang kaki lima dan lainnya,” ujar Presiden mengenai sejumlah syarat untuk pencairan dana tersebut.

Hal itudisampaikannya dalam pidato pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) ke-11 tahun 2015 di Hotel Natsepa Resort, Ambon, Kamis (7/5).

Pernyataan Presiden Jokowi tersebut, merespon permintaan Ketua Dewan Pengurus APEKSI yang juga Walikota Manado, Sulawesi Utara, Vikcy Lumentut dalam sambutannya, yang berharap pemerintah pusat dapat mengalihkan dana perbaikan jalan yang rusak ke kota-kota untuk dikelola sendiri.

Menurut Presiden, syarat lain yang harus dipenuhi kota adalah pengelolaan anggaran harus dilakukan dengan e-budgeting, layanan public dan perizinan yang cepat. “Jadi, tidak bias seenaknya dipakai.

Dana-dana tersebut akan diberikan dalam bentuk instruksi presiden (inpres) agar terencana dengan baik. Dana tersebut bias rutin, bias juga tidak. Rutin kalau perencanaan dan pelaksanaannya berjalan. Dari situ, kita harapkan ada perubahan wajah kota,” kata Presiden.

Meskipun dijanjikan tahun depan akan digelontorkan dana sekitar Rp100 miliar per kota, namun Presiden Jokowi sempat merasa bingung dengan tidak adanya respon dari para Walikota, yang menghadiri pembukaan Rekernas. Pasalnya tidak ada tepuk tangan dari pejabat yang hadir. Jokowi lalu bertanya, “Setuju atau tidak dengan pemberian dana tersebut ?” Lantas sejumlah Walikota bersama menjawab, “Setujuuuuuu.”Presiden kemudian melanjutkan, “Soalnya, ketika saya sampaikan akan ada gelontoran dana dari pemerintah pusat ke tiap kota sekitar Rp100 miliar, jika ada usulan dan syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi, tak ada yang tepuk tangan.

Wong diberi dana Rp100 miliar kok tak ada yang tepuk tangan. Padahal, tak ada yang minta, tetapi kita beri.”Pasca Presiden Jokowi berkata demikian, barulah ada tepuk tangan dari seluruh peserta memenuhi ruangan Rakernas.

Ia menambahkan, waktu dirinya menjabat sebagai Walikota Solo, Jawa Tengah, dengan dana Rp 4 miliar, dia bias membangun pasar. Selebihnya pengusaha ikut membantu.“Lah ini, diberi Rp 100 miliar. Memang kita harus berani mengalihkan dana seperti itu. Kan, dananya gede banget bias dipakai untuk pembangunan,” tandasnya.

IDENTITAS KOTA Jokowi juga menghimbau kepada seluruh walikota yang hadir, untuk menunjukkan identitas dan karakter masing-masing kotanya. “Pertama, saya ingin menyampaikan mengenai kota, mengenai karakter kota. Saya membayangkan bahwa kota-kota di seluruh Indonesia ini ada 98 kota, mestinya setiap kota memiliki identitas dan karakter,” ujarnya

Diingatkan, kota-kota di Indonesia ini ada 98 kota, yang mestinya setiap kota memiliki indentitas dan karakter. Setiap kota tidak sama. Karena itu karakter kota-kota ini memang berbeda-beda.”Mestinya setiap kota fokus. Misalnya mau fokus di kota maritim, atau kota hijau, atau agropolitan, atau mau konsentrasi di my city, smart city, heritage city misalnya,” katanya.

Ia mengenang, saat dirinya menjadi Walikota Solo, dimana saat itu Solo menjadi kota satu-satunya anggota world heritage city di dunia.

Dan pihaknya ketika itu menginginkan warisan kota pusaka yang muncul. Setelah masuk menjadi anggota, tiga tahun setelah itu, Jokowi kemudian menggelar konferensi di Kota Solo.

“Ada kurang lebih 39 kota pusaka di seluruh dunia yang hadir dan ini membangun sebuah brand kota. Karena Solo punya keratin kasunanan dan mangkunegara dan juga bangunan-bangunan lama,” ungkapnya

Kekuatan itulah, menurut Jokowi, yang ingin dia munculkan dan juga kekuatan itu didukung oleh warisan-warisan pusaka yang lain.

“Sehingga saat itu saya juga menyelenggarakan Solo International Ethnic Music. Bukan misalnyamembuat festival rock seluruh dunia karena saya senang rock.

Kemudian saya juga membuat Solo International Performing Art. Karena masalah tari, di Kota Solo juga mempunyai kekuatan,” akuinya.

“Musiknya, etnik musik. Kemudian tari. Itulah yang akan menjadi jati diri kota. Sehingga kota itu akan muncul citranya,” tuturnya, sembari mengaku dari pengalamannya, mengadakan event-event seperti yang dituturkan di atas itu tidaklah membutuhkan anggaran yang besar.

“Semua kota bisa melakukan itu. Misalnya etnic musiknya kuat, undang saja etnik-etnik musisi dunia, tidak mahal. Dulu, pemkot kurang lebih 300 juta yang lain sponsor. Undang dari kota-kota lain di seluruh dunia dan Indonesia. Ini akan memunculkan. Sawah lunto juga kekuatannya kota pusaka tambang. Sangat khas sekali,”

Kata Presiden Jokowi. Khusus untuk Ambon, ia meminta sang Walikota Richard Louhenapessy, SH untuk berani menata Teluk Ambon.

“Ambon dengan teluk indah yang kita lihat sekarang ini, kita harus mempunyai keberanian untuk menata teluk yang ada. Pantainya kanan kiri teluknya, harus berani menata.

Seorang Walikota, menurut Jokowi, tugasnya bukan hanya mengurus rutinitas administratif. Itu namanya tidak kerja.“Strategi kota, strategi kebijakan kotalah yang harus muncul dari setiap Walikota kita,” tandasnya.(HT/AS)

Please follow and like us:

Comments are closed.