AMBON,PPID – Kota Ambon menjadi kota pertama di Asia Tenggara dan Indonesia yang disinggahi kapal Ekspedisi Plastic Odyssey dalam rangka memberikan solusi terhadap persoalan sampah plastik di negeri ini.
Kehadiran para kru kapal yang bersandar di Pelabuhan Perikanan Nasional (PPN) Tantui, Jumat (14/6/24) ini disambut oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Persampahan (DLHP), A. Hehamahua, mewakili Pj. Wali Kota Ambon.
Hehamahua mengatakan, kehadiran Plastic Odyssey ini menjadi jawaban terkait penanganan sampah di kota Ambon yang masih menjadi persoalan yang belum terpecahkan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon hingga saat ini.
“Sampai hari ini persoalan masih menjadi bagian pergumulan bersama di kota ini, sebab kota ini menghasilan 220 ton per hari dan sampai hari ini baru bisa terangkut ke TPA 180 – 185 ton per hari, “ ujarnya.
Dirincikan, setidaknya ada 7 (tujuh) penyebab persoalan sampah, pertama jumlah sampah yang terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, karena aktivitas kota ini sebagai ibukota, sehingga hampir setiap hari penduduk bermutasi ke kota ambon untuk aktivitas pekerjaan dan perdagangan tetapi juga pola konsumtif masyarakat.
“Kedua kita juga terbatas dalam sarana dan prasarana yang dimiliki, Ketiga; masyarakat kita belum sepenuhnya berpartisipasi dalam pengelolaan sampah secara baik karena belum mengetahui caranya,” katanya.
Selanjutnya, Pemkot juga diperhadapkan dengan regulasi dengan memberikan sanksi tegas kepada mereka yang melanggar, sebab Pemkot masih kurang dalam sarana dan prasarana yang dimiliki. Kelima, kota Ambon juga dihadapkan dengan persoalan sampah perbatasan dimana masyarakat dari kabupaten maluku tengah tidak dilayani oleh angkutan sampah sehingga mereka kerap membuang sampah di area yang berbatasan dengan kota Ambon.
“Ke enam; kita juga memnghadapi persoalan sampah di laut, karena ada 104 saluran terbuka, sungai kecil, yang bermuara di Teluk Ambon dan itu berdampak. Serta yang terakhir; topografi kota Ambon yang membuat armada sampah tidak dapat melayani masyarakat di beberapa tempat sehingga turut berdampak pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Retribusi Sampah,” jelasnya.
Hehamahua berharap dengan kehadiran kapal plastic Odyssey dapat membantu kota Ambon sebab pemerintah tidak dapat bekerja sendiri dan membutuhkan dukungan dalam mencari solusi terhadap persoalan sampah saat ini.
Sementara itu, Co-Founder & Head Of Communication Plastic Odyssey, Alexandre Deschelotte menyampaikan terima kasih atas sambutan yang diberikan baginya dan para kru, sebab ini pertama kalinya kehadiran mereka di Indonesia.
“Ambon menjadi kota pertama dari rencana dari 5 (lima) kota yang disinggahi, selama 2 (dua) bulan kami berada di Indonesia. Oleh sebab itu langkah pertama ini sangat penting bagi kami, dalam melanjutkan perjalanan berikutnya,” terangnya.
Deschelotte, membeberkan sampah plastik telah menjadi menjadi persoalan global dan mendesak untuk diatasi, sebab sampah plastik dapat sampai ke laut, tidak terurai, sehingga dimakan oleh ikan yang menjadi bahan konsumsi masyarakat.
“Di dunia ini setiap menit hampir 300 ribu ton sampah plastik yang masuk di laut menjadi mikro partikel yang mencemari laut dan biota laut. Problem ini yang coba kita atas lewat eksepedisi ini, dimana kita mengembangkan solusi skala kecil, dengan peralatan yang murah serta dapat direplikasi oleh Pebisnis lokal sehingga dapat mengatasi persoalan sampah sekaligus menjadikannya bernilai ekonomis bagi masyarakat,” pungkasnya.
Untuk diketahui expedisi Plastic Odyssey ini telah dimulai sejak 2022 lalu, dengan membawa perlatan pengolahan sampah plastik yang diubah menjadi barang – barang bernilai ekonomis, seperti furnitur, meja, kursi, paving block, bahan bangunan, serta diubah menjadi bahan bakar. (MCAMBON)