AMBON-PPID, Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon, Jumat (5/7) dikunjungi Badan Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Kutai Timur. Kedatangan Badan Kesbang Pol dan Linmas Kabupaten Kutai Timur diterima Wakil Wali (Wawali) Kota Ambon M. A. S Latuconsina, ST, MT, Sekretaris Kota (Sekot) Ambon A. G. Latuheru, SH, M.Si dan pimpinan SKPD serta staf di jajaran Pemkot Ambon.
Kepala Badan Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Kutai Negara Djaja Putra mengatakan, kunjungan yang dilakukan Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Kutai Timur untuk melakukan study komperatif dalam rangka fasilitasi penanganan masalah konflik di Kota Ambon. Pasalnya, pasca konflik yang terjadi di Kota Ambon pada tahun 1999 lalu, hubungan antara pemerintah dan masyarakat masih tetap harmonis.
“Kita datang untuk mendengar secara langsung dari pihak Pemkot Ambon terkait konflik yang dialami masyarakat, karena usai konflik terlihat hubungan antara Pemerintah dan masyarakat serta masyarakat dan masyarakat tetap aman dan damai,’’ ujarnya kepada wartawan usai melakukan pertemuan.
Menurut dia, pihaknya ingin melihat secara jelas agar menjadi acuan bagi Kabupaten Kutai Timur, dimana kehidupan masyarakat pasca konflik terlihat semakin baik.
“Kita harus lihat dulu supaya hal ini dapat menjadi acuan untuk mengatasi konflik di daerah kami apabila, terjadi konflik di dalam masyarakat,’’ katanya.
Dia mengakui, kehidupan beragama yang ada di Kota Ambon sangat baik, sehingga segala konflik yang terjadi dapat diselesaikan secara bersama.
“Yang mendorong kami ke Kota Ambon untuk melihat situasi yang ada, karena isu agama yang paling banyak menguntungkan dalam melihat berbagai kebutuhan masyarakat, dimana masyarakat dalam menyelesaikan masalah secara bersama melalui tokoh agama,’’ terangnya.
Sementara itu, Sekot Ambon A. G. Latuheru, SH, M.Si mengakui, kedatangan Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Kutai Timur untuk mempelajari bagaimana Pemkot Ambon mengatasi insiden atau konflik yang terjadi di Kota Ambon.
“Kedatangan mereka untuk mendapatkan informasi secara langsung bagaimana Wali Kota Ambon dan Wakil Wali Kota Ambon dapat mengatasi konflik yang terjadi di Kota Ambon, karena komunikasi yang mendukung sehingga, penyelesaian konflik dapat teratasi,’’ paparnya.
Dalam penyelesaian konflik, jelas dia, ada yang namanya hubungan pela dan gandong dimana, dalam bahasa hari-hari masyarakat mengatakan “potong di kuku rasa di daging”, karena kehidupan masyarakat di Kota Ambon satu dan lain memiliki hubungan persaudaraan yang erat sehingga, sulit untuk diputuskan.
“Hubungan pela dan gandong dimana, gandong sama dengan sekandung, meskipun berbeda dalam agama namun, komunikasi terus berjalan,’’ tandasnya. (*/HT)